
Penyebab dan Gejala Pembesaran Prostat
Pembesaran prostat, atau yang dikenal dengan istilah Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), adalah salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada pria lanjut usia. Kondisi ini terjadi ketika jumlah sel pada prostat meningkat, sehingga organ tersebut membesar dan menekan saluran kemih. Meski sering disalahpahami sebagai kanker prostat, BPH sebenarnya bersifat jinak dan tidak ganas.
Prostat adalah kelenjar kecil berukuran sebesar buah kenari yang terletak di bawah kandung kemih. Uretra, yaitu saluran yang mengangkut air seni dari kandung kemih ke luar tubuh, melewati bagian tengah prostat. Fungsi utama prostat adalah mensekresikan cairan yang melindungi sperma dan memberikan nutrisi agar sperma dapat bertahan hidup.
Namun, ketika jumlah sel prostat meningkat, prostat akan membesar dan menekan saluran kemih. Hal ini menyebabkan gejala-gejala seperti sering buang air kecil, terutama di malam hari, pancaran urine melemah, serta rasa tidak tuntas setelah berkemih. Gejala-gejala ini tidak hanya mengganggu kualitas hidup pasien, tetapi juga bisa mengganggu tidur dan aktivitas harian mereka.
Angka Prevalensi BPH yang Tinggi
Data menunjukkan bahwa prevalensi BPH cukup tinggi. Secara global, lebih dari 50% pria yang berusia di atas 60 tahun mengalami gejala BPH, dan angka ini bisa mencapai 80% pada usia di atas 80 tahun. Di Indonesia, laporan BPJS mencatat hampir 100.000 kasus BPH dalam lima tahun terakhir di Jawa Barat, dengan mayoritas pasien berusia di atas 60 tahun.
Selama ini, pengobatan BPH biasanya terbatas pada penggunaan obat jangka panjang atau operasi besar seperti TURP (Transurethral Resection of the Prostate). Meskipun kedua metode ini efektif, mereka memiliki risiko efek samping, termasuk gangguan fungsi seksual dan komplikasi pascaoperasi.
Inovasi Terbaru dalam Pengobatan BPH
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, RSCM meluncurkan Rezum Water Vapor Therapy Training Center pertama di Indonesia pada 30 September 2025. Teknologi ini menawarkan solusi penanganan BPH tanpa operasi, dengan prosedur minimal invasif menggunakan uap air bersuhu tinggi untuk mengecilkan kelenjar prostat.
Ketua KSM Urologi RSCM, Prof. Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U(K), menyebut peluncuran pusat pelatihan ini sebagai langkah strategis. Peluncuran Rezum Training Center merupakan langkah penting bagi RSCM untuk menghadirkan inovasi layanan urologi modern. Selain untuk pasien, pusat ini juga menjadi pusat pelatihan bagi dokter urologi di seluruh Indonesia.
dr. Chaidir Arif Mochtar, Sp.U (K) Ph.D, menjelaskan bahwa Rezum menjadi alternatif penanganan pembesaran prostat yang lebih aman dan minim efek samping. Dengan hadirnya Rezum, kita punya pilihan terapi BPH yang lebih efektif dan minim invasif. Prosedur singkat, pemulihan cepat, dan efek samping terhadap fungsi seksual relatif minimal.
Keunggulan Rezum dalam Pengobatan BPH
Rezum telah mendapat persetujuan US FDA untuk volume prostat hingga 150 ml. Prosedur dilakukan tanpa insisi melalui sistoskopi, dengan perbaikan gejala mulai terlihat dalam tiga minggu dan hasil optimal tercapai dalam tiga bulan. Keunggulan lain adalah efek minimal terhadap fungsi seksual, termasuk ejakulasi, sehingga kualitas hidup pasien tetap terjaga.
Prof. dr. Agus Rizal A.H. Hamid, Sp.U(K), FICRS, Ph.D, menekankan pentingnya pusat pelatihan Rezum di RSCM. Dengan adanya Training Center, semakin banyak urolog dapat menjangkau pelatihan, sehingga manfaat Rezum makin luas dirasakan masyarakat.
Peluncuran Rezum Training Center di RSCM dihadiri oleh pimpinan rumah sakit, tenaga medis, mitra akademik, serta perwakilan media. Kehadiran teknologi ini menandai langkah besar Indonesia dalam menghadirkan inovasi urologi modern, sekaligus memperkuat posisi sebagai pusat layanan kesehatan berstandar global.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!