Krisis Air Bersih di Asia, Generasi Muda Bergerak untuk Kesehatan dan Lingkungan

Peran Generasi Muda dalam Menjaga Ketersediaan Air Bersih

Air bersih tidak hanya menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, tetapi juga menjadi fondasi penting untuk kesehatan, pendidikan, dan keberlanjutan lingkungan. Di kawasan Asia dan Pasifik, tantangan terhadap akses air bersih masih sangat besar. Berdasarkan data dari berbagai organisasi internasional, sekitar 500 juta orang di wilayah ini belum memiliki akses yang layak terhadap layanan air minum. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan urbanisasi semakin memperparah kondisi tersebut.

Selain itu, kebiasaan masyarakat sehari-hari juga turut berkontribusi pada kerentanan sumber daya air. Misalnya, tingginya penggunaan plastik sekali pakai menyebabkan pencemaran sungai dan laut. Hal ini berdampak langsung pada kualitas air minum, yang pada akhirnya mengancam kesehatan masyarakat dan ekosistem perairan.

Isu ini mendapat perhatian serius melalui ajang Youth Water Forum Asia (YWFA) 2025. Forum ini menjadi wadah kolaborasi lintas negara yang melibatkan generasi muda, akademisi, pemerintah, sektor swasta, serta organisasi internasional. YWFA menegaskan bahwa anak muda memiliki peran strategis sebagai agen perubahan. Kemampuan mereka dalam berinovasi dan membangun jejaring lintas komunitas menjadikan mereka sebagai motor utama dalam upaya penyelesaian masalah air bersih.

Di tengah dialog kebijakan, forum ini juga melahirkan berbagai aksi nyata. Beberapa contohnya adalah Deklarasi Pemuda Asia untuk Air, pembentukan Jaringan Pemuda Asia untuk Air, hingga program restorasi pantai dan penanaman mangrove. Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa isu air bersih bukan lagi sekadar wacana, melainkan panggilan untuk bertindak secara konkret.

Salah satu contoh inisiatif yang dilakukan di tingkat hilir adalah program stasiun isi ulang air minum gratis. Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat beralih dari penggunaan botol plastik sekali pakai ke tumbler atau wadah yang dapat digunakan kembali. Dengan demikian, jumlah limbah plastik bisa diminimalkan, sekaligus mengurangi tekanan terhadap sumber daya air.

"Kesadaran akan kebiasaan sehari-hari kita merupakan tantangan terbesar dalam menjaga ketersediaan air," ujar Winda Aulia, Sustainability Lead Modena, yang turut serta dalam forum tersebut. Ia menekankan bahwa perubahan bermakna harus dimulai dari konsumen, yaitu masyarakat sendiri.

Program seperti ini tidak hanya memberi akses air minum kepada masyarakat, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap pengurangan limbah dan perlindungan ekosistem perairan. Dengan kebiasaan sederhana, seperti membawa tumbler atau menghemat penggunaan air di rumah, masyarakat dapat berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan sumber daya air.

Youth Water Forum Asia 2025 diharapkan menjadi pengingat bahwa isu air bersih adalah isu yang melibatkan seluruh generasi. Kolaborasi dengan pemuda menjadi kunci untuk memastikan bahwa air bersih dan sanitasi layak dapat diwariskan kepada masa depan. Tanpa langkah serius dan komitmen bersama, krisis air bersih bisa berkembang menjadi krisis kesehatan dan lingkungan yang lebih luas. Oleh karena itu, partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk generasi muda, sangat penting dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan.