
Festival Mangrove ke-VII: Kolaborasi untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Di kawasan pesisir, tepatnya di Pantai Tambak Bahak, Desa Curah Dringu, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, berlangsung Festival Mangrove ke-VII yang diselenggarakan pada Selasa (19/8). Acara ini menjadi ajang penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui penanaman mangrove dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Festival yang telah menjadi agenda rutin sejak tahun 2022 ini tidak hanya sekadar acara seremonial. Lebih dari itu, ia menjadi gerakan kolektif yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, komunitas, dunia usaha, serta masyarakat setempat. Hadir dalam acara tersebut antara lain Kepala Dinas Kehutanan Jatim, Sekretaris Ditjen PDARSH KLH RI, serta Bupati Probolinggo.
Partisipasi Aktif IKA Unair
Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA Unair) turut hadir dalam acara ini melalui cabang Probolinggo. Mereka bekerja sama dengan civitas akademika Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Vokasi, serta SDGs Center Unair. Keterlibatan mereka tidak hanya terbatas pada penanaman mangrove, tetapi juga pelepasliaran burung air dan kepiting, serta memberikan layanan kesehatan gratis bagi warga pesisir.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni Unair, Prof Mochammad Amin Alamsjah, menekankan pentingnya penguatan sabuk hijau (green belt) pesisir. Menurutnya, kontribusi mangrove sangat menentukan kualitas green belt yang ada. "Kontribusi mangrove sangat menentukan apakah green belt yang kita miliki itu baik atau tidak," ujarnya.
Penanaman Mangrove sebagai Bentuk Sedekah Oksigen
Gubernur Jawa Timur sekaligus Ketua Umum IKA Unair, Khofifah Indar Parawansa, menyebut penanaman mangrove sebagai bentuk sedekah oksigen. Ia menjelaskan bahwa mangrove menjadi habitat ikan, sehingga nelayan tidak perlu jauh-jauh mencari tangkapan. Dengan demikian, masyarakat pesisir dapat hidup lebih sejahtera.
Khofifah juga menekankan bahwa partisipasi IKA Unair bukan hanya sekadar simbolis. Ia menilai bahwa keikutsertaan alumni dalam kegiatan ini merupakan bentuk komitmen mendukung pelestarian lingkungan dan capaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 6 (Clean Water and Sanitation), SDG 14 (Life Below Water), SDG 15 (Life on Land), dan SDG 17 (Partnership for the Goals).
Momentum untuk Kesadaran Kolektif
Menurut Khofifah, Festival Mangrove bukan hanya acara seremonial. Lebih dari itu, ia menjadi momentum untuk menggerakkan kesadaran kolektif masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem pesisir. Dengan adanya festival ini, diharapkan semakin banyak alumni dan masyarakat yang terinspirasi untuk berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan alam.
Tantangan dan Harapan Masa Depan
Penanaman mangrove tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki ekosistem, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam menghadapi ancaman perubahan iklim. Dengan ekosistem yang sehat, masyarakat pesisir akan memiliki sumber daya alam yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Dalam rangkaian kegiatan Festival Mangrove ke-VII, selain penanaman mangrove, juga dilakukan berbagai kegiatan pendukung seperti edukasi lingkungan, pelibatan masyarakat, serta pengembangan potensi lokal. Semua ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar.
Melalui kolaborasi yang kuat antara pemerintah, universitas, dan masyarakat, diharapkan Festival Mangrove ke-VII bisa menjadi contoh nyata bagaimana kerja sama lintas sektor dapat menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan begitu, generasi mendatang akan memiliki lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!