Tantangan Pengobatan TBC di Bandung: Peran Keluarga dan Pendamping dalam Pemulihan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penyakit TBC di Kota Bandung: Masalah yang Terus Berlanjut

Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat. Di Jawa Barat, kota Bandung menjadi wilayah dengan jumlah kasus TBC terbanyak. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat tahun 2024 menunjukkan bahwa sebanyak 13.678 kasus TBC telah tercatat di Ibu Kota Provinsi tersebut.

Pada awal September 2025, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyampaikan perhatian serius terhadap tingginya angka TBC di kota ini. Menurutnya, penanganan TBC harus lebih diperhatikan agar tidak semakin memburuk.

Ketua Komisi IV DPRD Kota Bandung, Iman Lestariyono, mengatakan bahwa angka TBC seharusnya bisa berkurang dan bahkan hilang. Namun, kondisi kota Bandung yang semakin padat membuat penyakit menular seperti TBC mudah menyebar.

"Jika dulu area rumah cukup luas, sekarang ruang terbatas. Bangunan 100 meter bisa dihuni oleh 1-2 keluarga," ujarnya. "Sekarang, anak, cucu, hingga cicit tinggal dalam satu rumah."

Menurut Iman, kepadatan penduduk di Bandung meningkat drastis. Sebelumnya, populasi di bawah 506.000 orang, namun kini sudah melebihi 2,5 juta penduduk. Kepadatan ini memengaruhi kualitas sanitasi lingkungan, sehingga mempercepat penyebaran penyakit seperti TBC.

Selain itu, proses pengobatan TBC yang memakan waktu lama juga menjadi kendala. Pasien biasanya harus minum obat selama enam bulan tanpa henti. Jika tidak terpenuhi, maka pengobatan harus diulang kembali. Peran pendamping pemberi obat sangat penting dalam memastikan pasien tetap konsisten.

"Persoalan utamanya adalah jika tidak didampingi, pasien atau keluarga tidak memiliki kesadaran penuh. Jika terlambat, pengobatan harus dimulai ulang," kata Iman. Ia menilai Puskesmas sebagai ujung tombak Dinkes harus fokus pada edukasi dan pencegahan. Namun, ketika pasien sudah terkena TBC, tindakan cepat diperlukan untuk mencegah penularan.

Ia juga mengkritik kurangnya sumber daya di Puskesmas. Menurutnya, tenaga medis di sana terlalu sedikit untuk menangani jumlah pasien yang besar. Oleh karena itu, peran kader PKK dan Posyandu sangat penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Iman menilai Dinkes Bandung perlu melakukan introspeksi diri. Ia menekankan bahwa target utama adalah meningkatkan kesehatan warga secara maksimal. Maka dari itu, penanganan TBC harus lebih intensif dan efektif.

TBC: Penyakit yang Menular dan Mematikan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa TBC bisa disembuhkan jika ditangani dengan tepat. Namun, jika tidak ditemukan dan diobati hingga tuntas, penyakit ini akan terus menyebar dan berpotensi mematikan.

Data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) mencatat bahwa Jawa Barat memiliki perkiraan insiden TBC sebanyak 234.280 kasus. Dalam periode Januari–Mei 2025, terdapat 81.864 kasus yang ditemukan dengan tingkat pencapaian pengobatan sebesar 35 persen, yang seharusnya mencapai 37,5 persen.

Untuk kasus TBC sensitif obat, tingkat keberhasilan pengobatan mencapai 80 persen dari target 90 persen. Sementara itu, kasus TBC resisten obat (RO) mencapai 1.063 kasus dari target 2.866 kasus.

Jumlah pasien TBC anak mencapai 16.288 kasus. Untuk pasien TBC RO, tercatat 744 orang atau 70 persen dari target 95 persen. Selain itu, ada 4.763 pasien TBC yang juga menderita diabetes mellitus (DM), serta 1.165 pasien TBC yang terinfeksi HIV.

Angka kematian akibat TBC mencapai 2.294 jiwa. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah TBC dan pentingnya upaya pencegahan serta pengobatan yang tepat dan cepat.