
Jenis Obat Pereda Nyeri yang Bisa Dibeli Bebas di Apotek
Saat mengalami nyeri, banyak orang cenderung mencari obat pereda nyeri yang bisa dibeli bebas di apotek. Namun, terdapat berbagai pilihan obat yang tersedia, seperti parasetamol, ibuprofen, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lainnya. Tujuan utama dari obat-obatan ini adalah untuk meredakan rasa sakit. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana memilih obat yang tepat untuk berbagai jenis keluhan, seperti sakit kepala biasa, demam, atau nyeri pascaoperasi.
Bagi masyarakat awam, memilih obat pereda nyeri bisa terasa membingungkan karena setiap jenis memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda. Untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan, penting untuk lebih memahami perbedaan antara obat-obatan tersebut, kapan sebaiknya digunakan, serta untuk kondisi apa. Dengan begitu, saat nyeri kembali muncul, Anda akan tahu obat mana yang paling sesuai.
Jenis Obat Pereda Nyeri yang Umum Digunakan
Secara umum, ada dua kelompok utama yang sering digunakan, yaitu parasetamol dan OAINS.
Parasetamol
Parasetamol merupakan salah satu obat pereda nyeri yang populer karena mampu meredakan nyeri ringan hingga sedang sekaligus menurunkan demam. Cara kerjanya adalah dengan menghambat sinyal rasa sakit di tubuh serta menargetkan bagian otak yang mengatur suhu tubuh, sehingga demam dapat berangsur turun. Namun, perlu diingat bahwa parasetamol tidak efektif dalam mengatasi peradangan atau inflamasi.
Kapan sebaiknya memilih parasetamol?
- Saat demam.
- Nyeri sendi akibat artritis.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot atau keluhan ringan lainnya.
Parasetamol juga dianggap sebagai pilihan yang paling aman untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak di bawah 12 tahun. Karena relatif aman dikonsumsi, baik dengan atau tanpa makanan, parasetamol sering menjadi pilihan pertama untuk meredakan nyeri maupun demam pada anak-anak.
Namun, ada beberapa catatan penting. Parasetamol dapat memberatkan fungsi hati. Oleh karena itu, sebaiknya hindari penggunaan bersamaan dengan alkohol atau pada orang yang memiliki penyakit hati atau ginjal berat.
OAINS (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs)
Berbeda dengan parasetamol, OAINS tidak hanya meredakan nyeri dan menurunkan demam, tetapi juga mengurangi peradangan. Obat ini bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin, zat kimia yang memicu rasa nyeri dan peradangan di tubuh.
Jenis-jenis OAINS yang umum digunakan: - Ibuprofen (Novaxifen, Brufen, Ifen, Etafen, Bufect, Proris, Axofen, dan Farsifen). - Aspirin. - Naproxen (Aleve, Xenifar).
OAINS biasanya direkomendasikan untuk: - Demam. - Nyeri sendi akibat artritis. - Gejala pilek. - Sakit punggung dan nyeri otot. - Nyeri haid. - Sakit kepala. - Sakit gigi.
Aspirin memiliki fungsi tambahan karena bersifat mengencerkan darah. Itulah sebabnya, dokter mungkin meresepkannya untuk membantu menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Namun, penggunaan aspirin harus dilakukan dengan hati-hati karena bisa meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna. Anak di bawah 18 tahun tidak boleh mengonsumsi aspirin karena risiko sindrom Reye.
Hanya individu tertentu, yang diperiksa oleh dokter, yang boleh rutin mengonsumsi aspirin harian. Selain itu, OAINS non-aspirin juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke. Oleh karena itu, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, terutama jika memiliki penyakit ginjal kronis, sedang hamil atau menyusui, atau menggunakan obat pengencer darah. Penggunaan OAINS non-aspirin biasanya tidak direkomendasikan untuk anak-anak atau selama kehamilan karena bisa membahayakan janin.
Obat Nyeri yang Aman untuk Lambung
OAINS bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), yaitu enzim yang bertugas membentuk prostaglandin, zat kimia yang memicu nyeri, demam, dan peradangan. Di dalam tubuh, ada dua jenis enzim COX dengan fungsi berbeda:
- COX-2: Berperan besar dalam memicu peradangan, demam, dan rasa nyeri, terutama ketika terjadi trauma di jaringan tubuh, termasuk otak maupun ginjal.
- COX-1: Banyak ditemukan pada ginjal, trombosit, dan lapisan lambung. Tugasnya cukup penting, yaitu menjaga fungsi ginjal, membantu proses pembekuan darah, sekaligus melindungi dinding lambung. Jika produksi COX-1 dihambat, perlindungan alami lambung akan berkurang sehingga dapat menimbulkan keluhan seperti perih atau nyeri lambung.
Berdasarkan cara kerjanya, OAINS dibagi menjadi dua kelompok: - OAINS non selektif: Menghambat baik COX-1 maupun COX-2. Contohnya: aspirin, ibuprofen, meloxicam, diklofenak, ketoprofen, dan asam mefenamat. - OAINS selektif (inhibitor COX-2): Hanya menarget COX-2 sehingga sama efektifnya dalam meredakan nyeri dan peradangan, tetapi memiliki risiko lebih rendah terhadap kerusakan lambung. Contoh: celecoxib dan etoricoxib.
Meskipun efektif, penggunaan obat antinyeri dari golongan OAINS tetap harus hati-hati. Konsumsi jangka panjang atau tanpa pengawasan medis bisa menimbulkan efek samping serius, sehingga sebaiknya digunakan sesuai anjuran dokter.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!