
Penyebab Keracunan Massal di Program Makan Bergizi Gratis
Beberapa siswa SDN 3 Bukit Tunggal mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu burger dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kejadian ini terjadi pada Kamis, (4/9/2025), dan melibatkan sebanyak 27 siswa. Hal ini memicu perhatian besar dari berbagai pihak, termasuk orang tua dan pengelola program.
Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bukit Tunggal 2, Siti Nur Hazizah, menjelaskan bahwa burger merupakan menu baru yang pertama kali masuk dalam daftar MBG. Alasan penambahan menu ini adalah karena keinginan siswa yang sering menulis permintaan mereka melalui catatan kecil di ompreng.
“Mungkin kemarin itu dari keinginan anak-anak. Kami tiap hari menerima ‘surat cinta’, isinya macam-macam, ada yang minta burger, chicken katsu. Jadi kami coba sekali ini pakai burger. Ternyata justru saat itu muncul kendala,” ujar Siti.
Menurut data sekolah, isi MBG hari itu terdiri dari roti, beef, kentang, selada, timun, semangka, serta saus tomat sebagai pelengkap. Namun, Siti mengakui bahwa daging yang digunakan adalah frozen food, bukan daging merah segar. Saus tomat inilah yang diketahui sudah kedaluwarsa selama lima bulan dan diduga menjadi penyebab keracunan.
Siti menegaskan bahwa sebelum menu dibagikan, pihaknya sempat mencicipi bersama ahli gizi. Namun, kelalaian terjadi karena tidak ada yang memperhatikan masa kedaluwarsa saus. “Kami semua teledor, termasuk ahli gizi. Waktu dicoba rasanya aman, ternyata sausnya sudah expired,” ucapnya.
Setelah insiden ini, pihak sekolah dan orang tua meminta agar menu roti-rotian tidak lagi diberikan. “Kalau bisa makanan rumahan saja, seperti ayam atau ikan,” tambah Siti.
Pandangan Orang Tua Mengenai Menu Western Food
Di sisi lain, orang tua murid menilai bahwa burger dan makanan bergaya barat bukan pilihan tepat untuk anak sekolah. Vivi (32), salah satu orang tua murid kelas 1, mengaku anaknya jarang menyentuh makanan MBG. “Enggak ada larangan, memang anak saya sendiri yang enggak mau. Harusnya jangan western food, karena sama saja kayak di luar, malah bisa dibilang junkfood. Lebih baik makanan sehat sederhana,” ujarnya.
Jati (58), wali murid lain, menambahkan bahwa anak-anak sering pilih-pilih makanan. Bahkan ada yang hanya mencium makanan sebelum memutuskan apakah akan dimakan atau tidak, terutama jika warnanya merah atau terasa pedas.
Evaluasi dan Tantangan di Masa Depan
Kejadian ini diharapkan menjadi evaluasi penting agar program MBG tidak hanya sekadar memenuhi permintaan anak-anak, tetapi juga benar-benar menjamin makanan sehat, bergizi, dan aman bagi murid. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Pemantauan Bahan Makanan: Pastikan semua bahan memiliki tanggal kedaluwarsa yang jelas dan tidak melebihi batas waktu penggunaan.
- Keterlibatan Ahli Gizi: Libatkan ahli gizi secara aktif dalam proses pencicipan dan pengecekan bahan makanan.
- Edukasi Anak: Ajarkan anak-anak untuk lebih sadar akan pentingnya makanan sehat dan menghindari makanan yang tidak bergizi.
- Pengembangan Menu: Pertimbangkan pengembangan menu yang lebih sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak dan budaya lokal.
Dengan adanya evaluasi yang matang, program MBG dapat menjadi solusi yang lebih efektif dalam memastikan kesehatan dan kenyamanan para siswa.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!