Keracunan MBG: Dokter Ingatkan Bahaya Beri Obat Antidiare Tanpa Petunjuk

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Keracunan MBG: Dokter Ingatkan Bahaya Beri Obat Antidiare Tanpa Petunjuk

Kasus Keracunan Massal di Bandung Barat Akibat Program Makan Bergizi Gratis

Sejumlah siswa di Kabupaten Bandung Barat kini menjadi korban keracunan setelah mengonsumsi menu dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat, terutama karena program yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan anak sekolah justru menyebabkan masalah kesehatan massal.

Lebih dari 1.000 siswa mengalami gejala seperti mual, muntah, pusing, dan diare setelah mengonsumsi makanan dari program tersebut. Hal ini memicu pertanyaan tentang kualitas dan keamanan makanan yang disajikan dalam program tersebut. Meski demikian, para ahli tetap mendukung konsep dasar dari program ini, namun menilai bahwa kejadian luar biasa seperti ini perlu menjadi bahan evaluasi bersama.

Dr. Yogi Prawira, SpA, Subsp. ETIA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Emergensi dan Terapi Intensif Anak (UKK ETIA) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menjelaskan bahwa keracunan makanan bisa terjadi akibat kontaminasi oleh berbagai mikroba atau zat kimia. Beberapa bakteri yang sering menjadi penyebab antara lain Salmonella, Escherichia coli (E. coli), Listeria, dan Clostridium botulinum. Selain itu, virus seperti hepatitis A dan parasit seperti cacing maupun amuba juga bisa menjadi penyebab keracunan.

Menurut Dr. Yogi, tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk melawan racun yang masuk. Saat makanan terkontaminasi dikonsumsi, tubuh akan mencoba mengeluarkannya melalui mual, muntah, diare, atau nyeri perut. Dalam kasus tertentu, gejala bisa lebih parah, seperti BAB berdarah, demam, sakit kepala, bahkan pandangan kabur. Khusus untuk keracunan Clostridium botulinum, gejalanya bisa sangat serius, seperti kelemahan anggota gerak hingga kesemutan.

Salah satu risiko terbesar dari keracunan adalah dehidrasi. Muntah dan diare berulang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan. Oleh karena itu, langkah pertama yang disarankan adalah istirahat total bagi anak yang terkena. Meskipun sedang muntah-muntah, anak tetap perlu diberi cairan secara cukup, dengan cara diminum sedikit-sedikit tetapi sering. Cairan yang bisa digunakan antara lain air putih atau oralit, tergantung pada tingkat kehilangan cairan dan garam.

Setelah kondisi membaik, anak bisa diberikan makanan ringan yang lembut bagi lambung, seperti bubur, roti, atau pisang. Namun, ia menekankan pentingnya menghindari makanan pedas, asam, kopi, maupun susu yang bisa memperparah gangguan pencernaan. Penggunaan obat-obatan antidiare juga tidak dianjurkan tanpa pengawasan dokter. Obat penyetop diare justru bisa memperburuk kondisi, karena racun atau bakteri bisa tertahan di tubuh lebih lama.

Dengan adanya kejadian ini, penting bagi pihak terkait untuk melakukan evaluasi terhadap sistem distribusi dan pengolahan makanan dalam program MBG. Kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan institusi pendidikan diperlukan agar program ini bisa berjalan dengan aman dan efektif. Dengan langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang tepat, program MBG tetap bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kesehatan anak-anak di daerah tersebut.