
Penanganan Keracunan Makanan pada Anak
Keracunan makanan merupakan kondisi yang sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu gejala utama dari keracunan adalah diare, di mana tubuh berusaha mengeluarkan racun atau patogen yang terkandung dalam makanan yang terkontaminasi. Diare ini biasanya muncul secara tiba-tiba dan disertai dengan gejala lain seperti mual, muntah, kram perut, dan demam. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi yang berbahaya.
Menurut dr. Yogi Prawira, Sp.A, Subsp.E.T.I.A(K), Ketua UKK Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, tidak disarankan memberikan obat penyetop diare kepada anak yang sedang mengalami keracunan. Hal ini karena obat-obatan tersebut bisa menghambat proses pengeluaran racun dari tubuh. Menurutnya, jika diberikan, toksin, bakteri, atau benda asing yang terkandung dalam makanan akan tertahan di dalam tubuh dan justru meningkatkan risiko kesehatan.
u201cTubuh memiliki mekanisme pertahanan alami sendiri. Saat ada kontaminasi dari makanan atau minuman, tubuh akan merespons dengan mual, muntah, nyeri perut, dan BAB cair. Jika kita memberikan obat penyetop diare, maka racun dan bakteri tidak akan keluar melalui mekanisme alami tubuh,u201d jelas Yogi dalam diskusi kesehatan virtual di Jakarta.
Ia menekankan bahwa penggunaan obat anti diare harus dilakukan dengan pertimbangan medis yang tepat. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh sembarangan memberikan obat kepada anak yang sedang mengalami diare akibat keracunan.
Selain obat anti diare, Yogi juga menjelaskan bahwa obat dengan kandungan karbon aktif bisa membantu menyerap racun. Namun, penggunaannya tidak cocok untuk semua kasus keracunan, terutama pada anak-anak. Ia menjelaskan bahwa efektivitas karbon aktif hanya terbatas pada waktu 1-2 jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi. Jika lebih dari itu, efeknya akan berkurang.
Pemberian obat karbon aktif juga memerlukan evaluasi oleh dokter. Hal ini karena perlu dilihat jenis keracunan yang diduga, durasi konsumsi makanan yang terkontaminasi, serta berat badan pasien. Tidak semua kasus dapat diatasi dengan obat ini.
Perawatan Lanjutan Saat Anak Mengalami Keracunan
Selain penggunaan obat, penting untuk tetap memperhatikan asupan cairan dan makanan pada anak yang mengalami keracunan. Kehilangan cairan akibat muntah dan diare bisa segera diganti dengan air, oralit, atau cairan elektrolit lainnya. Ini bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan menjaga keseimbangan garam dalam tubuh.
Untuk makanan, sebaiknya diberikan dalam porsi kecil dan sering. Makanan yang diberikan harus ringan dan tidak merangsang lambung. Contohnya adalah bubur, pisang, atau roti. Hal ini membantu mempercepat pemulihan tanpa memberatkan sistem pencernaan anak.
Dengan memperhatikan langkah-langkah di atas, orang tua dapat membantu anak yang mengalami keracunan agar cepat pulih. Namun, jika gejala memburuk atau berlangsung lama, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!