Data Ungkap 57% Orang Indonesia Alami Masalah Gigi dan Gusi

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut yang Masih Menjadi Tantangan di Indonesia

Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi isu yang serius di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI), sebanyak 57% penduduk berusia di atas tiga tahun mengalami masalah pada gigi dan mulut, namun hanya 11,2% atau sekitar 3 juta orang yang mencari pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perawatan gigi masih rendah.

Direktur Penyakit Tidak Menular (PTM) Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menyampaikan bahwa kesehatan gigi dan mulut tetap menjadi tantangan besar. Ia menjelaskan bahwa banyak masyarakat hanya menggunakan obat pereda nyeri saat sakit gigi, tanpa melanjutkan ke pengobatan lebih lanjut. Padahal, kondisi tersebut bisa memperparah kerusakan gigi jika tidak segera ditangani.

Masalah Umum yang Terjadi pada Masyarakat

Beberapa masalah umum yang sering ditemui adalah karies, gigi berlubang, gigi tanggal, dan radang gusi. Rendahnya literasi kesehatan gigi menjadi salah satu penyebab utama. Banyak masyarakat hanya menyikat gigi pada pagi hari saat mandi dan malam sebelum tidur, padahal waktu ideal untuk menyikat gigi adalah setelah makan. Selain itu, cara menyikat gigi sering dilakukan dalam waktu singkat, hanya sekitar satu menit, sehingga kurang efektif.

Kesehatan gigi yang buruk tidak hanya memengaruhi mulut, tetapi juga dapat berdampak pada organ vital seperti jantung. Pada ibu hamil, infeksi gigi bisa berisiko membahayakan janin. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan pencegahan yang lebih baik.

Pentingnya Kesadaran dan Pencegahan

Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), drg. Usman Sumantri, menekankan bahwa Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Ia menegaskan bahwa pencegahan jauh lebih murah dan mudah dibandingkan pengobatan. Namun, sayangnya hanya sebagian kecil masyarakat yang rutin memeriksakan diri ke dokter gigi. Dari seluruh penduduk yang mengalami masalah gigi dan mulut, hanya sekitar 10% yang secara teratur melakukan pemeriksaan. Bahkan, hanya 2,8% yang menyikat gigi dengan benar pada waktu yang tepat.

Program Cek Kesehatan Gratis Kemenkes RI

Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas Kementerian Kesehatan RI, dr. Elvieda Sariwati, menyatakan bahwa program Cek Kesehatan Gratis Kemenkes RI telah menjangkau lebih dari 30 juta penduduk. Ini menunjukkan bahwa masalah gigi adalah masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan di semua kelompok usia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya bersama untuk menanggulangi masalah ini.

Penyakit Gusi sebagai "Silent Killer"

Penyakit gusi merupakan permasalahan kedua terbesar di Indonesia setelah gigi berlubang, tetapi sering terabaikan. Penyakit ini sering disebut sebagai "silent killer" karena gejalanya muncul secara samar dan tidak menimbulkan rasa sakit terutama di tahap awal. Jika dibiarkan, penyakit gusi bisa memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk risiko penyakit sistemik seperti jantung, stroke, diabetes, hingga komplikasi kehamilan.

Prof. drg. Suryono, S.H., M.M., Ph.D menjelaskan bahwa penyakit gusi memiliki dua tahapan. Pertama adalah gingivitis, yang ditandai dengan gusi bengkak, merah, atau mudah berdarah. Tahap ini masih bisa diatasi dengan perawatan yang tepat. Namun, jika tidak segera ditangani, penyakit gusi bisa berkembang menjadi periodontitis, yang merupakan tahap lanjut dan biasanya bersifat irreversible.

Upaya BKGN 2025 dalam Memperbaiki Kesehatan Gigi dan Mulut

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat, BKGN 2025 mengangkat tema u201cCek Gigi dan Gusi u2013 Bebas Biaya, Bebas Cemas, Bebas Ribetu201d. Program ini akan memberikan perawatan dan konsultasi gratis bagi 28.000 masyarakat di seluruh Indonesia. Layanan yang tersedia meliputi pembersihan karang gigi, penambalan gigi, aplikasi fluoride atau fissure sealant, serta pencabutan gigi.

Selain itu, sebanyak 55 cabang PDGI akan melakukan edukasi kesehatan gigi dan gusi bagi siswa sekolah di berbagai wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah terpencil seperti Simeulue - Aceh, Kotawaringin Barat - Kalimantan Tengah, Jeneponto - Sulawesi Selatan, dan Sorong - Papua.

Peran RSGMP dalam Pelayanan dan Edukasi

Selama 15 tahun BKGN berlangsung, pembersihan karang gigi atau scaling menjadi salah satu upaya utama dalam menangani masalah gusi. Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes, AAK, Ketua ARSGMPI, menjelaskan bahwa seluruh RSGMP siap memberikan pelayanan dan edukasi kepada masyarakat. Mereka menyarankan agar masyarakat terus menjaga kesehatan gusi dengan menyikat gigi dua kali sehari, menggunakan pasta gigi khusus untuk kesehatan gusi, melakukan pembersihan karang gigi secara teratur, serta kontrol rutin ke dokter gigi setidaknya enam bulan sekali.