
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Tantangan dalam Penerapannya
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menjadi perhatian publik setelah munculnya banyak kasus keracunan. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah fakta bahwa program ini tidak mengadopsi konsep empat sehat lima sempurna. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Khusus Tangerang Selatan, Nindy Sabrina.
SPPG atau dapur MBG bertugas sebagai penyedia makanan dalam jumlah besar untuk sekolah. Kesalahan dalam pengelolaan makanan di masing-masing SPPG dianggap sebagai faktor utama dari banyaknya kasus keracunan yang terjadi.
Keracunan bisa terjadi akibat masuknya zat berbahaya ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, udara, kulit, atau suntikan. Penyebab umum termasuk makanan basi, jamur beracun, dan alkohol oplosan. Gejala umum keracunan antara lain mual, muntah, sakit perut, diare, pusing, pingsan, sesak napas, serta gangguan saraf seperti kejang atau kebingungan. Dalam kasus yang parah, keracunan bisa menyebabkan gagal organ, koma, hingga kematian.
Apa Itu Program MBG?
Program MBG merupakan salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya anak-anak dan ibu hamil. Namun, kini program ini berbuah malapetaka akibat banyaknya kasus keracunan.
Nindy Sabrina menjelaskan tantangan dalam tugasnya sebagai SPPG, yaitu memastikan makanan disiapkan dalam waktu yang tepat agar aman dikonsumsi dan memenuhi standar gizi. Ia menyatakan, "Kami harus memasak makanan dengan waktu yang pas agar tetap aman untuk dikonsumsi."
Prinsip Gizi dalam Program MBG
Dalam program MBG, prinsip gizi empat sehat lima sempurna tidak lagi diterapkan. Sebaliknya, program ini menggunakan prinsip gizi seimbang. Setiap SPPG melayani sekitar 3.000 hingga 4.000 siswa. Di SPPG milik Nindy, jumlah sasarannya mencapai 3.300 orang. Masing-masing SPPG mampu menjangkau belasan sekolah dalam radius 5 kilometer. Sekolah yang dilayani mencakup berbagai tingkatan mulai dari PAUD hingga SMA, baik negeri maupun swasta.
Jumlah Personel dan Jumlah SPPG
Setiap SPPG memiliki sebanyak 50 personel, terdiri dari 47 relawan warga sekitar dan tiga staf. Saat ini, di Kota Tangerang Selatan terdapat 30 SPPG yang beroperasi. Namun, diperlukan tambahan 100 SPPG lagi agar seluruh wilayah dapat terlayani.
Tujuan dan Target Program MBG
MBG diluncurkan pada 6 Januari 2025 sebagai program unggulan Presiden Prabowo Subianto. Program ini dikelola oleh Badan Gizi Nasional (BGN) dan bertujuan menyediakan makanan bergizi gratis untuk anak sekolah, balita, ibu hamil, dan kelompok rentan. Target penerima manfaat mencapai 82,9 juta orang.
Kasus Keracunan Akibat Program MBG
Sejak peluncuran program ini, tercatat banyak kasus keracunan di berbagai daerah. Data dari Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan peningkatan jumlah kasus. Puncak kejadian keracunan terjadi pada Agustus 2025, dengan sebaran terbanyak di Jawa Barat.
Penyebab utama keracunan meliputi higienitas makanan, suhu dan ketidaksesuaian pengolahan pangan, kontaminasi silang, serta indikasi alergi. Hingga 22 September 2025, total korban keracunan mencapai 4.711 orang. Berdasarkan data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), lebih dari 5.360 anak mengalami keracunan akibat program ini.
JPPI menyerukan agar Presiden Prabowo Subianto segera menghentikan sementara program MBG, melakukan evaluasi sistem tata kelola, dan memprioritaskan keselamatan anak.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!