Jumlah Keracunan MBG Januari-September 2025: 103 Kasus, 9.083 Korban

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Jumlah Keracunan MBG Januari-September 2025: 103 Kasus, 9.083 Korban

Kenaikan Kasus Keracunan Akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia

Selama periode Januari hingga September 2025, tercatat sebanyak 103 kasus keracunan yang disebabkan oleh Makan Bergizi Gratis (MBG). Total korban yang terkena dampaknya mencapai 9.089 orang, tersebar di 83 kabupaten/kota dari 28 provinsi di seluruh Indonesia. Dalam rapat bersama Komisi IX DPR di Senayan, Jakarta, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, memaparkan data ini.

Pada bulan Maret 2025, tidak ada laporan kasus keracunan karena masa puasa menghentikan aktivitas distribusi makanan. Namun, setelah bulan tersebut, kasus kembali muncul dengan total 6 kasus. Puncak peningkatan terjadi pada bulan Juli, di mana terdapat 8 kasus keracunan. Tren ini terus meningkat hingga September 2025, dengan jumlah kasus mencapai 61.

Jawa Barat menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 25 kasus. Salah satu kejadian yang menonjol adalah di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, pada 22-24 September 2025. Total korban dalam peristiwa ini mencapai lebih dari 1.000 orang, sehingga Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Sebaran Kasus Berdasarkan Waktu

Berikut rincian jumlah kasus keracunan MBG berdasarkan waktu:

  • Januari: 4 kasus
  • Februari: 4 kasus
  • Maret: 0 kasus (masuk bulan puasa)
  • April: 6 kasus
  • Mei: 3 kasus
  • Juni: 2 kasus
  • Juli: 8 kasus
  • Agustus: 15 kasus
  • September: 61 kasus

Sebaran Kasus Berdasarkan Provinsi

Berikut rincian jumlah kasus keracunan MBG berdasarkan provinsi:

  • Jawa Barat: 25 kasus
  • Sumatera Selatan: 8 kasus
  • Jawa Tengah: 8 kasus
  • DI Yogyakarta: 6 kasus
  • Lampung: 6 kasus
  • Jawa Timur: 6 kasus
  • Nusa Tenggara Timur: 5 kasus
  • Nusa Tenggara Barat: 5 kasus
  • Sulawesi Tengah: 4 kasus
  • Maluku: 3 kasus
  • Kalimantan Barat: 3 kasus
  • DKI Jakarta: 3 kasus
  • Kalimantan Utara: 2 kasus
  • Sulawesi Tenggara: 2 kasus
  • Banten: 2 kasus
  • Riau: 2 kasus
  • Kepulauan Riau: 2 kasus
  • Bali: 1 kasus
  • Bengkulu: 1 kasus
  • Maluku Utara: 1 kasus
  • Bangka Belitung: 1 kasus
  • Gorontalo: 1 kasus
  • Papua Barat: 1 kasus
  • Sumatera Barat: 1 kasus
  • Aceh: 1 kasus
  • Sumatra Utara: 1 kasus
  • Sulawesi Barat: 1 kasus
  • Sulawesi Selatan: 1 kasus

Bakteri Penyebab Keracunan MBG

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 103 kasus keracunan, ditemukan tiga jenis bakteri yang terkonfirmasi sebagai penyebab, yaitu staphylococcus aureus, bacillus cereus, dan salmonella. Selain itu, bahan kimia bernama histamin juga terdeteksi dalam beberapa kasus.

Taruna Ikrar menjelaskan bahwa sekitar 17 persen dari total kasus terkait mikrobiologi, sementara sisanya masih dalam proses pemeriksaan. Bakteri lain yang diduga menjadi penyebab antara lain escherichia coli dan clostridium perfringens, serta bahan kimia seperti histamin.

Tiga Penyebab Utama Keracunan MBG

Menurut Taruna Ikrar, ada tiga penyebab utama yang menyebabkan keracunan MBG meluas di berbagai wilayah:

  1. Kontaminasi silang dari bahan mentah, lingkungan, atau penjamah pangan selama proses pengolahan.
  2. Pertumbuhan bakteri akibat ketidaksesuaian suhu dan waktu, kondisi pangan, serta proses pengolahan.
  3. Kegagalan pengendalian keamanan pangan, termasuk higienisitas, sanitasi, pengendalian suhu, praktik penanganan pangan, dan pengawasan bahan baku segar.

Dengan temuan ini, BPOM meminta agar semua pihak serius dalam menjaga kebersihan dan keamanan makanan MBG. "Bukan pangan kalau tidak aman," tegas Taruna Ikrar.