
Sekolah Rakyat Terintegrasi: Harapan Baru bagi Anak-anak yang Kehilangan Kesempatan Pendidikan
Narsila Anandia (13) menggenggam tangan ibunya dengan erat sambil menahan air mata. Ia mengaku harus berhenti sekolah karena keluarganya tidak mampu membiayai pendidikannya. “Sekarang saya bantu mama dan antar adik ke sekolah,” ujarnya sambil mengusap air mata. Meski perasaan malu masih terasa, Narsila tetap menyimpan impian menjadi dokter.
Narsila adalah salah satu dari 100 calon siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 40 Indramayu. Program ini dirancang khusus untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu, baik yang belum pernah sekolah, tidak sekolah, maupun putus sekolah. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pendidikan yang layak kepada mereka yang sebelumnya tidak memiliki akses.
Ayah Narsila, Nurbuat, tampak sangat berharap. Ia berharap putrinya bisa memiliki masa depan yang jelas setelah masuk ke SRT. “Saya ingin dia menjadi anak solehah dan punya masa depan yang baik,” katanya lirih.
Menteri Sosial, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, menjelaskan bahwa SRT 40 Indramayu dibangun sebagai bentuk dukungan penuh terhadap anak-anak yang hampir kehilangan kesempatan pendidikan. “Alhamdulillah, Indramayu sudah mulai membuka Sekolah Rakyat Terintegrasi. Tahun ini fokus pada SD dan SMP, mudah-mudahan tahun depan ada SMA,” ujarnya.
Gus Ipul menargetkan setiap jenjang pendidikan bisa menampung lebih dari 300 siswa. Tidak ada tes akademik yang rumit, hanya seleksi administrasi untuk keluarga yang tidak mampu. Ia juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam proses pendidikan anak. “Orang tua harus siap dan mau berubah. Mereka akan dilatih oleh pendamping agar bisa memiliki usaha atau keterampilan,” jelasnya.
Sekolah Rakyat akan memfasilitasi siswa dengan makan tiga kali sehari, snack dua kali, perlengkapan sekolah, serta delapan set seragam. “Anak tidak perlu jajan lagi, semuanya sudah disediakan di Sekolah Rakyat,” tambahnya.
Selain Narsila, ada juga Kurniawati, seorang siswi lain yang baru sebulan putus sekolah. Ayahnya, Dodo, bekerja sebagai buruh lepas. Ketika Gus Ipul memastikan kesediaan sang ayah, Dodo hanya menjawab dengan pasrah. “Gimana lagi, maunya sekolah anaknya,” katanya.
Gus Ipul pun memperbolehkan Kurniawati melanjutkan pendidikannya di SRT. Ia berjanji akan mengawal para siswa hingga ke perguruan tinggi. “Raih cita-citamu, belajar sungguh-sungguh. Ini kesempatan yang diberikan oleh Presiden bekerja sama dengan Kemensos dan Bupati Indramayu,” ujarnya.
Bupati Indramayu, Lucky Hakim, juga turut berbagi pengalamannya. Ia mengaku pernah menjadi “wong cilik” yang harus diadopsi sejak kecil. “Saya baru tahu saya bukan anak kandung setelah orang tua angkat saya meninggal. Perbedaan saya dengan adik kandung saya adalah asupan gizi dan pendidikan,” ujarnya.
Lucky berharap para siswa SRT dapat menjadi seperti dirinya, sukses dan berkontribusi positif bagi bangsa. “Doakan anak-anak ini menjadi orang sukses. Di Sekolah Rakyat mereka dibina dan dibiayai. Insya Allah semua lebih baik, Indonesia makin maju, cerdas bareng-bareng, tumbuh setara,” katanya.
Untuk tahap awal, SRT 40 Indramayu memiliki empat rombongan belajar dengan jumlah calon siswa sebanyak 100 orang, terdiri dari 50 calon siswa SD dan 50 calon siswa SMP. Tahun depan, sekolah permanen di lahan seluas 10 hektare akan mulai dibangun dan ditargetkan menampung 100 siswa per jenjang SD, SMP, hingga SMA.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!