
Mengenali Perilaku Manipulasi di Tempat Kerja
Manipulasi adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk memengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku orang lain demi keuntungan pribadi. Seseorang yang manipulatif biasanya sangat ahli dalam menyusun kata-kata dan melakukannya dengan cara yang halus, sehingga korban sering kali tidak menyadari bahwa mereka sedang diatur. Perilaku ini bisa ditemukan dalam berbagai situasi, termasuk dalam lingkungan kerja. Pelakunya bisa saja dari keluarga terdekat atau bahkan atasanmu sendiri.
Menurut penulis Novita WD dalam buku 'Dark Psychology', ada beberapa contoh perilaku manipulasi yang sering muncul di tempat kerja. Situasi akan semakin buruk jika pelakunya adalah atasanmu. Berikut beberapa bentuk manipulasi yang perlu kamu waspadai:
1. Pujian Berlebihan
Pujian berlebihan sering kali digunakan sebagai alat manipulasi. Misalnya, kamu mungkin merasa kewalahan karena banyaknya pekerjaan. Kamu sering bekerja lembur, meski itu membuatmu kurang istirahat. Suatu hari, atasanmu mendekatimu dan memberikan senyum serta pujian atas kemampuanmu menyelesaikan pekerjaan. Ia bahkan mengatakan bahwa keberhasilan perusahaan bergantung pada kehadiranmu. Tanpa kehadiranmu, perusahaan mungkin akan bangkrut.
Setelah itu, ia mulai meminta kamu menyelesaikan tugas tambahan di luar tanggung jawabmu. Karena merasa terima kasih dan tak ingin mengecewakannya, kamu akhirnya setuju. Padahal, tugas tersebut justru membuatmu harus menunda pekerjaan utamamu. Dalam kasus ini, atasanmu menggunakan teknik manipulasi psikologis dengan pujian berlebihan. Ia menciptakan rasa bersalah agar kamu tidak menolak permintaannya. Manipulator selalu menggunakan pujian untuk mengendalikan orang lain tanpa niat tulus, hanya demi kepentingan pribadi.
2. Guilt Tripping
Guilt tripping adalah metode untuk membuat seseorang merasa bersalah agar bisa dikendalikan atau dipengaruhi. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari menyalahkan, merendahkan, hingga mempermainkan emosi. Di dunia kerja, atasan manipulatif bisa tiba-tiba berubah sikap dan memainkan emosi karyawan dengan mudah.
Misalnya, di satu waktu ia memuji kemampuanmu, namun di waktu lain ia bisa menyalahkan dan merendahkanmu jika kamu menolak permintaannya. Contohnya, ketika kamu menolak untuk lembur dan mengerjakan tugas di luar tanggung jawab, ia mungkin mulai merendahkan kemampuanmu atau membandingkanmu dengan rekan lain. Atasan manipulatif juga sering mengungkit kebaikan yang pernah ia lakukan, membuat korban merasa bahwa semua pencapaian karier hanya bisa terjadi karena bantuan dia. Hal ini dapat mengurangi rasa percaya diri dan membuat korban merasa tidak berharga.
3. Pemerasan Emosional
Teknik manipulasi seperti pemerasan emosional digunakan untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin mereka lakukan. Contohnya, karyawan diminta bekerja lembur lebih dari 4 jam per hari, dan diancam akan dipecat jika tidak setuju. Meskipun UU Cipta Kerja No.11/2020 melindungi karyawan dari pemaksaan lembur tanpa persetujuan, atasan manipulatif tetap bisa mempermainkan kondisi emosional karyawan yang tidak mendukung agendanya.
Akibatnya, karyawan bisa mengalami kecemasan dan stres berkepanjangan. Untuk menghadapi situasi ini, penting bagi kamu untuk mengambil langkah-langkah tepat.
Cara Menghadapi Atasan Manipulatif
Pertama, cobalah untuk menyampaikan perasaanmu secara sehat dan jelas. Jangan lupa untuk mengelola emosimu dengan baik. Kedua, tetapkan batas yang tegas dalam hubungan kerja dan berani menolak permintaan yang tidak wajar. Ketiga, jika situasi semakin memburuk, pertimbangkan untuk menjaga jarak dari atasan tersebut demi menjaga kesehatan mentalmu. Beri dirimu ruang untuk tidak langsung berkomunikasi dengannya dalam beberapa waktu. Dengan demikian, kamu bisa tetap fokus pada pekerjaan dan menjaga kesejahteraan diri.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!